Cerita Gita

Menulis untuk bahagia

Menu
  • Beranda
  • Parenting
  • Mom’ Management
  • Traveling
  • Marriage
  • Kegiatan Keluarga
  • Kajian Islami
  • self development
Menu

Ketika Selera Kita Berbeda

Posted on 19 November 201819 November 2018 by Gita

Assalamu’alaikum wr wb

Menggabungkan dua keinginan dan kebiasaan yang berbeda antara suami dan istri adalah tantangan tersendiri dalam perjalanan pernikahan, seperti yang terjadi dalam cerita ini. Satu cerita, di antara banyak cerita yang terjadi 😊.

 

Jadi beberapa hari lalu saya bereksperimen dengan bahan santan, kelapa parut, serta air kelapa.

 

Ceritanya mau bikin bacem tempe dan ayam untuk stok lauk, nah agar rasanya lebih gurih dan enak, saya menggunakan air kelapa.

 

Belilah kelapa parut di tetangga dengan request “pak, airnya tolong ditampung ya”.

 

Singkat cerita, saya punya air dan parutan kelapa. Seperti biasa, seorang ibu pasti berpikiran bagaimana caranya agar semua bahan bisa dimanfaatkan dengan baik dan tidak ada ada yang terbuang, jadi semua masakan hari itu temanya “kelapa”.

 

Air kelapa untuk bacem, santan untuk kare dan bubur kacang hijau, ampas kelapa parut disangrai masuk kulkas (rencana mau buat kue, cuma belum juga tereksekusi hehe).

 

Akhirnya masakan berbahan kelapa selesai dimasak untuk makan malam sekeluarga, serta bisa buat bekal suami keesokan harinya.

 

Setelah pulang kantor tiba-tiba suami bertanya (note: selama ini saya gak pernah menggunakan santan saat memasak bubur kacang hijau sendiri)

 

Suami: “Tadi kacang hijaunya pake santan ya?”

Saya: “iya, kenapa yah, kan rasanya jadi lebih enak.”

Suami: “enakan seperti biasa aja, gak pake santan”

Saya: “oke, besok-besok gak pake santan lagi deh, karena masih ada sisa santan untuk buat kare, jadi dibuat bubur kacang hijau.”

 

Dari percakapan diatas, terlihat bahwa perbedaan pendapat itu biasa dalam kehidupan berumah tangga, cuma bermula dari hal sederhana, masalah selera makanan.

 

Walaupun saya lebih suka bubur kacang hijau dengan santan, tetapi karena pak suami gak suka, ya untuk kedepannya, saya kembali masak seperti semula lagi alias tanpa santan.

 

Lumayan mengurangi waktu di dapur, karena walau lebih enak, tapi ritual memasaknya kan jadi lebih lama hehe.

 

Dari situ saya makin menyadari arti komunikasi dan tenggang rasa terhadap pasangan, karena tak jarang, sebuah hubungan renggang dan dingin karena masing-masing pihak saling mempertahankan egonya.

 

1. Berupaya memahami

Tak jarang dalam kehidupan rumah tangga, kita sering berselisih paham dengan pasangan. Kita maunya A, suami maunya B, begitupula sebaliknya. Berupaya memahami alasan pasangan adalah pilihan yang terbaik.

 

Contoh diatas, alasan pak suami gak suka pakai santan adalah, karena beliau sedang menjaga kolesterol, dan saya berusaha memahami itu. Jadi walaupun saya suka pakai santan, ya tetap memasak tanpa santan sesuai request pak suami, sembari modifikasi resep agar tetap sesuai selera.

 

2. Jangan Mutung Jika Berbeda

Ini kelemahan saya, dan mungkin juga kebanyakan wanita, kadang suka mutung kalau dikoreksi oleh pasangan, terutama jika soal rasa masakan. Soalnya, kita sudah capek masak plus harus membereskan sisa peperangan di dapur, belum lagi kalau tidak hobi memasak 😂 (lengkap kayaknya).

 

Makanya, saya suka minta pendapat pak suami dulu, bagaimana masakannya, enak atau enggak? Dan pak suami, walaupun masakan saya gak sesuai seleranya, beliau tetap berusaha memakannya, tapi cuma sedikit 😂.

 

Saat pak suami makannya sedikit itu berarti alarm saya berbunyi “oh, ada sesuatu nih dengan masakannya” 😂

 

Kenapa saya selalu bertanya kepada suami dan anak. Soalnya saya kan masak untuk keluarga, kalau yang dimasakin gak suka, berarti besok harus belajar lebih baik lagi dong hehe.

Kalau suami & anak lahap makannya tuh rasanya seneng deh.

 

3. Berupaya Mencari Kebaikan Di Antara Hal yang Tidak Disukai 

Kalau menuruti ego sih, saya maunya masak bubur kacang hijau menggunakan santan. Tetapi karena pak suami gak suka, saya juga seneng aja, karena gak mesti repot beli kelapa parut dan peras santannya hehe.

 

Jadi ya, dari hal yang tidak kita suka atas pasangan kita, pasti lebih banyak kelebihannya.

 

Gak usah jauh-jauh, pak suami gak suka seafood (kecuali ikan), dan saya suka cumi asin. Jadi, saya cari kebaikannya aja “oh, jangan banyak makan seafood, tinggi kolesterol, apalagi cumi asin.” Coba kalau saya kebanyakan makan seafood ntar kolesterolnya naik deh, yah semacam pengereman deh.

 

Nah, pak suami kalau saya masak seafood, untuk menyenangkan hati istrinya, dimakan juga, tapi cuma sekali dan porsi lebih sedikit dari biasanya 😂.

 

4. Mencari Solusi Terbaik

Berbeda pendapat antara suami istri itu hal yang wajar, lha wong, isi kepalanya berbeda, latar belakang pendidikan, model pengasuhan, dan kepribadian berbeda.

 

Tetapi perbedaan itu jangan pernah merenggangkan, justru saling melengkapi demi solusi terbaik. Ibarat pelangi, jika hanya satu warna saja namanya bukan pelangi yang indah.

 

Seperti kasus bubur kacang hijau, solusi terbaiknya adalah menggunakan pengganti santan seperti UHT atau SKM, sehingga pak suami senang, sayapun hepi.

Perbedaan itu (harus dibuat) indah, komunikasi dan berupaya memahami pasangan adalah kunci kesuksesan hubungan.

 

Sering ngobrol santai, melakukan kegiatan bersama, dan berupaya menyatukan frekuensi agar rumah tangga yang terbina bisa menjadi Sakinah, Mawaddah, Warrahmah.

 

Sulit, pasti pake banget, tapi insya Allah ada jalan jika kita mau berusaha.

Semangaaaaaatttttt

Post Views: 345

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Viewed Posts

  • Resensi Handbook Kesehatan Anak (Batuk, Pilek, dan Penyakit Pernapasan) (912)
  • Mau Dibawa Kemana Keluarga Kita? (760)
  • Keluarga Cerdas Finansial (753)
  • Happy Mom, Happy Family (707)
  • Sukuk Tabungan (ST) 006 (658)

Kategori

  • Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional (20)
  • Daftar haji (2)
  • Finance (32)
  • Kajian Islami (6)
  • Kegiatan Keluarga (10)
  • Kuliner (4)
  • Marriage (9)
  • Mom' Management (43)
  • Parenting (13)
  • Resensi Buku (3)
  • self development (30)
  • Traveling (10)

Meta

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Instagram

© 2021 Cerita Gita | Theme by Superb WordPress Themes