Assalamu’alaikum wr wb
Apa kabar sahabat semua, semoga senantiasa dalam keadaan sehat wal’afiat yaa
Pada hari Kamis, 15 November 2018, saya berkesempatan mengikuti kajian Ustadz Bendri dengan tema Saat Anak Mulai Baligh.
Maafkan baru ditulis sekarang, lagi ketemu mood merangkai kata, kemarin masih duduk manis di draft hehe. Udah dulu curhatnya, lanjut nulis yuk, semoga bermanfaat.
Pengertian
Usia baligh adalah masa dimana hukum mulai berlaku pada anak, diibaratkan oleh Ustadz anak sudah memiliki rekening sendiri yang akan diisi oleh kebaikan dan keburukannya.
Usia baligh merupakan pembuktian dari pola asuh yang diterapkan orang tua selama ini (saat ustadz mengatakan ini, saya jadi deg-degan sendiri, karena ibarat kita menanam pohon, usia baligh adalah saat kita memanen buahnya. Jika bagus perawatan, takaran pemberian air dan pupuk sesuai, insya Allah baiklah buahnya, jika tidak, duh mau nulisnya aja deg-degan)
Bagaimana Islam Memandang Usia Baligh
Usia baligh dalam Islam disebut Assyabab (sebuah istilah dalam Al Quran untuk anak muda).
Usia baligh dipandang oleh Islam sebagai potensi dan kekuatan yang luar biasa, yang terdiri dari 3 hal, yaitu:
1. Quwwatul Aqliyah
Quwwatul Aqliyah adalah kekuatan akal dan kecerdasan berfikir, pada usia ini kecerdasan anak sedang dalam kondisi terbaiknya.
Kita dapat mengasah kecerdasan akal anak usia baligh dengan cara mengajak diskusi, ngobrol dan meminta pendapatnya.
Ustadz Bendri mencontohkan, saat nabi Ibrahim mendapat perintah Allah untuk menyembelih putranya, beliau tidak langsung mengeksekusi, melainkan berdiskusi dengan nabi Ismail, dan saat nabi Ismail mengatakan bahwa ia rela jika itu adalah perintah Allah, baru kemudian nabi Ibrahim melakukannya.
Jika anak jarang diajak diskusi akan merusak pikirannya dan cenderung ikut aja.
2. Quwwatul Hamasah
Quwwatul Hamasah adalah semangat yang tinggi, kekuatan yang berapi-api.
3. Quwwatul Jasmaniyah
Quwwatul Jasmaniyah adalah kekuatan fisik. Jadi saat usia baligh ia akan berada dalam kondisi fisik terbaiknya.
Jika ketiga hal di atas tidak diakomodir dengan baik, akan memicu tuntutan syahwat yang berlebihan.
Menurut Imam Al Qurthubi, seorang anak lelaki jika telah terkena jerat syahwat wanita akan melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Memutuskan tali silaturahmi dengan orang-orang yang menentang hubungannya
- Mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa peduli kepada status halal haram.
Untuk mengatasi hal tersebut, orangtua dapat mengajarkan kepada anak-anak usia baligh untuk:
- Menundukkan pandangan
- Berpuasa
- Melakukan kegiatan positif. Orangtua wajib menuntun anak agar memiliki road map dan agenda kehidupannya sendiri, karena jika tidak, maka akan ikut-ikutan temannya.
- Buatlah pertemanan & komunitas yang asyik untuk anak, jadilah sahabat yang asyik dan tempat curhatnya.
- Kuatkan ikatan hati
Ciri anak yang akrab dengan orang tuanya adalah mau ikut berkendaraan bersama dan mau ditemani aktivitasnya.
Setan paling sibuk untuk menggoda manusia saat dalam dua keadaan berikut:
1. Sakratul maut, sehingga jika seseorang berada dalam kondisi tersebut, hendaklah selalu didampingi.
2. Anak beranjak baligh, target setan adalah merusak masa muda anak dengan jargon “muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga”. Sehingga mereka menjauhkan anak usia baligh dari mesjid dan kenikmatan beribadah kepada Allah.
Karena sangat pentingnya usia baligh, maka ada dua hal yang harus ditanamkan orangtua kepada anaknya, yaitu:
1. Tanamkan sedari dini muroqobatullah (Allah selalu melihat kita dalam situasi dimanapun). QS: Al Kahfi: 49
Jika anak memiliki tauhid, maka ia akan baik di depan dan di belakang kita, sendiri ataupun bersama.
2. Tanamkan rasa malu
“rasa malu adalah sebagian dari iman”, jika hilang rasa malu dari diri seseorang, maka ia akan berbuat sesuka hatinya.
Malu sangat berbeda dengan minder. Malu berkaitan dengan akhlak dan adab, sedangkan minder berkaitan dengan kompetensi.
Usia baligh Menurut Pandangan Psikolog Barat
Menurut psikolog barat, usia baligh dipandang sebagai Al Murohiq.
Al Murohiq berasal dari kata Rohaqo yang artinya suka berbuat onar (QS: Al Jin: 6)
Pendapat ini adalah asal mula pembenaran terhadap kelakuan remaja yang suka memberontak, padahal pandangan tersebut tidak benar, karena jika anak berbuat salah, mutlak disebabkan oleh pola asuh orangtua yang tidak sesuai.
Selesai mengikuti kajian hanya bisa banyak beristigfar, perjalanan mendidik Rafdan masih sangat panjang, semoga Allah selalu menguatkan langkah agar tidak salah dalam pengasuhan.
Ya Allah semoga kami bisa mendidik anak keturunan kami menjadi anak soleh dan soleha dan insan yang bertakwa. Aamiin
kajian bermutu “meaning fulll”… good bu gita.
Terimakasih bu Nurul 😊