Bismillah
Assalamu’alaikum wr wb, kali ini saya ingin menceritakan pengalaman kedua Rafdan masuk RS.
Setiap keluarga memiliki ujian masing-masing, dan tahun ini, ujian kami adalah Rafdan masuk RS dalam waktu berdekatan, yaitu bulan Februari dan Juni yang bertepatan dengan akhir Ramadhan.
Hari Senin, tanggal 27 Mei, kami sekeluarga mengurus pendaftaran haji, sepulangnya langsung menghadiri buka puasa bersama.
Saat berangkat buka puasa Rafdan masih sehat, bercanda, dan asyik makan bakwan, hingga ia ikut ayahnya ke masjid untuk shalat maghrib.
Pulang dari masjid, entah kenapa, Rafdan langsung lemas, maunya tiduran saja, agar tidak lapar, saya suapi ia sedikit demi sedikit.
Pulang kerumah, demamnya semakin tinggi, minum parasetamol yang biasanya manjur, saat itu tidak berlaku, demamnya hanya turun sedikit, lalu kemudian panas kembali. Akhirnya saya kompres dan terapi skin to skin dengan memeluknya.
Keesokan hari, kami membawa Rafdan ke dokter, diagnosa awal adalah inspeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan flu perut.
Dokter mengatakan bahwa, kondisi demamnya bisa bertahan bahkan hingga seminggu.
Berbekal penjelasan tersebut, saya agak tenang, karena tumben-tumbenan Rafdan demam hingga seperti itu, biasanya minum sanmol langsung membaik.
Dua hari demamnya masih tinggi, bahkan pernah mencapai suhu 40°c, sanmol, kompres air hangat, dan termometer menjadi teman setia. Saya mengupdate suhu tubuhnya setiap saat.
Jika demam sampai tiga hari tak kunjung membaik, kami akan membawa Rafdan ke RS untuk cek darah.
Saat konsul ke dokter melalui telepon, beliau berkata selama makan dan minum masih normal tidak masalah.
Rafdan masih mau makan dan minum meski tubuhnya sangat lemas, maunya tiduran aja.
Hari ketiga demam sempat turun, Rafdan sudah kembali mainan lagi. Alhamdulillah Berarti sudah membaik nih pikir saya, eh ternyata malamnya ia kembali demam tinggi.
Keesokan hari Saat hendak dibawa ke UGD untuk cek darah, ternyata demamnya kembali turun dan secara klinis kondisinya membaik. Karena ia minta main ke rumah mbahnya, akhirnya kita ajak kesana.
Tak disangka saat main kesana, demamnya tiba-tiba naik lagi. Akhirnya kami.membawa ke UGD RS terdekat.
Sampai di sana Rafdan di cek darah rutin dan dengue blot, dan hasilnya Igg Rafdan positif, yang berarti saat ini virus dengue sedang berada di tubuhnya.
Paniklah saya mendengarnya, setelah konsul ke dokter jaga, beliau berkata
“Anak ibu positif dengue saat ini, tetapi kita belum tahu apakah ini hanya demam dengue atau berkembang menjadi demam berdarah dengue.”
Dokter menjelaskan bahwa yang membedakan antara demam dengue dan demam berdarah dengue adalah pada tingkat trombosit. Jika pada DD hanya menimbulkan demam karena kadar trombosit masih normal, DBD menyebabkan pendarahan karena trombosit turun drastis. Biasanya masa kritis adalah pada hari ke empat hingga ke enam.
Setelah berdiskusi dengan pak suami, akhirnya kami memutuskan agar Rafdan dirawat untuk memantau perkembangan trombosit dan pemenuhan cairan tubuh melalui infus.
Setiap pagi diambil darah untuk pengecekan, antara nyesek dan belajar tega dan mengikhlaskan. Karena kita tidak pernah mengetahui kondisi anak secara utuh hanya dari klinis.
Dari awal trombosit 196rb, turun menjadi 190rb keesokan pagi, plus ditambah suhunya baik lagi agak membuat saya deg-degan.
Alhamdulillah mendapat dokter anak yang enak diajak konsultasi, jadi emak gak terlalu paranoid.
Selain darah, Rafdan juga dicek urine dan feses. Alhamdulillah keduanya normal.
Hari ketiga di RS, trombosit Rafdan turun lagi menjadi 180rb. Dokter Bonnie menyarankan untuk tes tubex mengecek kemungkinan adanya demam typhoid.
Saya sudah lemas saja mendengarnya, tapi alhamdulillah karena berada di bulan suci Ramadhan, entah kenapa, membuat saya selalu optimis bahwa pertolongan Allah sangat dekat.
Tak bisa i’tikaf di masjid, untuk sementara berpindah tempat di bangsal perawatan, tak menyurutkan semangat untuk menggapai malam lailatul qadar.
Keesokan hari Saat dokter Bonnie visit, beliau berkata “trombosit sudah bagus 214rb, tes tubex juga negatif, nanti siang kalau tidak demam bisa pulang.”
Alhamdulillah, di hari ke 29 Ramadhan ada berkah yang luar biasa nyata, kesembuhan Rafdan sehingga kita bisa berlebaran di rumah.
Alhamdulillah selesailah i’tikaf kami di RS selama 4 hari 3 malam dengan diagnosa demam dengue.
Sebuah pelajaran untuk percaya pada naluri ibu dan tidak menyepelekan demam.
Jika lewat tiga hari demam anak belum turun, dan kondisi lain dari biasanya, terlihat lemas dan tidak bersemangat, segera bawa ke dokter atau UGD untuk penanganan secepatnya dan bila perlu dilakukan tes darah.