Assalamu’alaikum wr wb
Apa kabar readers?
Semoga selalu dalam keadaan sehat wal’afiat yaa. Aamiin
Kali ini saya ingin menulis resume mengenai seminar parenting yang saya ikuti Kamis, 26 September 2019 lalu, dengan pembicara Ibu Wina Risman.
Kalimat pertama yang ditanyakan kepada audiens adalah
Apa yang membuat ibu bahagia?
Lalu para audiens curhat mengutarakan pendapatnya.
Ada yang bilang anak sehat
Sebagian berkata uang belanja terpenuhi
Lainnya berpendapat suaminya baik
Lalu, brainstorming itu ditutup dengan jawaban bu Wina
Hal yang membuat ibu bahagia adalah Memiliki pasangan hidup yang tepat
Oke, selesai persoalan, karena ayah adalah pondasi keluarga, pusat segala kebijakan dalam rumah. Jika ayah baik, maka baiklah sekeluarga.
Ada satu tips menarik dari bu Wina saat ingin mengajak suami mengikuti kajian parenting. Jangan pernah memaksa, gunakan bahasa persuasif dan halus agar pasangan hidup moms mau ikut dengan sukarela bukan terpaksa.
Selain itu, lanjutnya, jika ingin berbicara penting dengan suami, ungkapkan setelah selesai wik wik, dikarenakan suami sedang dalam kondisi tenang dan bisa menerima apapun yang ingin diutarakan oleh sang istri.
Lanjut ke slide berikutnya, apa yang membuat ibu bahagia:
Ternyata ada 4 hal yang harus dilakukan oleh Ibu agar selalu merasa bahagia dalam kehidupan:
1. Mengenal diri sendiri
Sudah sejauh mana moms mengenal diri sendiri, hal yang disukai, apa yang tidak disukai. Keinginan yang mau dilakukan dan tidak dilakukan.
Tips: ambil selembar kertas dan tulis serta jadwalkan kesukaanmu
Contoh:
Setelah shalat subuh, saya ingin tilawah beberapa lembar, lanjut baca buku baru melakukan rutinitas pagi.
Sebelum tidur, menyempatkan diri melakukan 10 langkah skincare agar wajah tetap glowing.
Setelah membuat list, komunikasikan jadwal tersebut dengan suami dan anak, agar moms memiliki waktu (meski sesaat) bagi diri sendiri agar siap menghadapi hari.
2. Menyelesaikan Beban masa lalu yang terbawa hingga saat ini
Moms, berapa banyak dari kita yang melangkah membawa beban pengasuhan atau masa kecil yang tidak bahagia.
Bagaimana pola asuh orangtua kita dahulu?
Pernahkah moms mengalami salah satu dari jenis kekerasan ini? Fisik, mental, seksual, verbal?
Kekerasan verbal dengan membandingkan, meremehkan, ucapan keras dan hardikan, bahkan teriakan.
“Kenapa kamu tidak sepintar kakakmu?
“Dibilangin gitu aja kok gak bisa sih, temanmu aja pintar”
Kalimat membandingkan dan meremehkan di atas tanpa disadari adalah bentuk kekerasan verbal yang diterima.
Bu Wina mencontohkan, ada kasus seorang anak yang selalu diremehkan dan dibandingkan oleh orangtuanya, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri, minder, dan penakut karena merasa hal yang ia lakukan selalu salah.
Masya Allah, ternyata sangat besar sekali dampak dari lisan ya moms, mesti belajar mengerem saat berbicara dengan anak, karena apa yang kita ucapkan akan tertanam dan membekas dalam ingatan anak dan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.
Kekerasan fisik dari mulai dicubit, dijewer, dipukul, di tampar, dan aneka perlakuan fisik yang tidak menyenangkan
Kekerasan mental merasa tidak dihargai, keberadaan diabaikan karena tidak sepintar, secerdas, secantik, atau seganteng adik atau kakak
Kekerasan seksual, mengalami pelecehan di masa kecil yang menyebabkan traumatis
Apakah jenis kekerasan tersebut pernah moms alami hingga mengakibatkan luka yang terbawa hingga kini.
Berusaha sabar, tetapi karena anak bertindak salah sedikit moms sudah marah besar, berkata kasar, bahkan mencubit dan memukul.
Setelah reda, kemudian moms tersadar, Astagfirullah, mengapa saya seperti itu, kemudian perasaan menyesal menyeruak, merasa menjadi ibu yang gagal
Itu adalah luka masa lalu yang belum sembuh, dan tanpa sadar terbawa hingga kini dalam mengasuh anak.
Bu Wina meminta audiens menyiapkan selembar kertas, memanggil kembali memori masa lalu yang belum terselesaikan, apakah pernah mengalami jenis-jenis kekerasan yang telah disebutkan sebelumnya.
Setelah ditulis, release luka tersebut perlahan, maafkan orang yang telah memperlakukan kita seperti itu, begitu terus hingga perasaan menjadi lebih tenang.
Ada 7 langkah self healing therapy yang dapat dilakukan oleh moms sendiri di rumah, yaitu:
- Mencari waktu tenang, bisa di sepertiga malam setelah selesai shalat tahajud.
- Berdzikir dengan banyak mengingat Allah, berpasrah dan mendekatkan diri kepadaNya.
- Memanggil kembali memori, proses ini adalah yang terberat, karena moms membawa kembali masa lalu yang belum sembuh, luka yang belum kering, dan tanpa sadar membayangi pengasuhan moms sekarang. Panggil ia dengan segenap jiwa dan raga, dengan harapan agar luka itu tak pernah datang lagi tanpa disadari
- Mengenal bagian tubuh yang sakit. Jika proses self healing tersebut dilakukan secara benar, maka akan ada bagian tubuh yang terasa sakit. Contoh, tangan terasa sakit karena waktu kecil sering dicubit atau dipukul, telinga terasa sakit karena sering mendengar kata kasar dan makian
- Membuang trauma. Jika beban masa lalu mulai menyerang salah satu anggota tubuh, secara perlahan, usap dan lakukan gerakan seperti membuang “Bismillahirrahmannirrrahiim, ya Allah, saya ingin membuang luka masa lalu dan trauma, agar tidak membayangi kehidupan saya saat ini”. Lakukan terus menerus hingga rasa sakit mereda dan hilang dengan sendirinya, hati menjadi lapang, dan tidak ada lagi beban menggelayuti.
- Memaafkan. Setelah membuang luka, maka maafkanlah orang yang menyakitimu. karena kunci kebahagiaan adalah berlapang hati untuk memaafkan
- Bermusyawarah
Jika luka itu disebabkan oleh pengasuhan orangtua kita dahulu, maka ajaklah mereka berbicara dari hati ke hati.
Mi, mami tau enggak, kenapa aku saat anakku melakukan kesalahan, tanpa sadar sering marah, bahkan mencubit. Padahal aku gak mau melakukan hal tersebut mi, itu di luar kesadaranku.
Begitu terus berulang-ulang, ternyata aku sekarang sadar, bahwa dulu aku suka dicubit mami saat kecil.
Bu Wina menyarankan untuk bicara dari hati ke hati dan saling memaafkan agar tak ada luka dan beban masa lalu yang timbul, apalagi jika itu karena pengasuhan orangtua moms.
Saling membuka hati dan memaafkan, menghapus beban masa lalu agar ringan melangkah ke masa depan.
Saat sesi ini banyak audiens yang menangis dan sedih.
3. Harapan Masa Datang
Setelah selesai mengenal diri sendiri, menghapus beban masa lalu, maka melangkahlah ke depan.
Rancang cita-cita dan harapanmu moms, menjadi seorang ibu kesayangan keluarga.
4. Ilmu
Terakhir, hal yang bisa membuat moms bahagia adalah dengan menuntut ilmu.
Tak bisa menghadiri secara offline, karena anak masih kecil?
Alhamdulillah kita hidup di zaman digital yang memudahkan dalam mengakses informasi. Bahkan seminar parenting ini juga disiarkan live di IG. Jadi jangan lupa follow akun medsos yang berisi ilmu agar kita bisa belajar di mana saja dan kapan saja.
Jika anak telah sekolah dan moms memiliki waktu luang, jangan lupa sempatkan diri untuk menghadiri kajian Islami, seminar parenting, atau apapun yang dapat mengupgrade diri pribadi.
Bu Wina menuturkan, ia berada di rumah dan tidak melakukan aktivitas luar sampai anak terakhirnya usia 8 tahun. Karena pada rentang usia anak 0-8 tahun ia ingin menjadi pusaran pertama anak, menjadi sumber referensi dan role model bagi anak-anaknya.
Slide terakhir ditutup dengan
Last but not least, bersyukur
Bersyukurlah atas anak yang sehat, karena banyak yang bertahun-tahun mengharapkan keturunan tapi belum diberi oleh Allah.
Bersyukurlah karena memiliki suami yang baik, karena di kanan dan kiri moms banyak saudara, teman, dan sahabat yang hingga saat ini belum dipertemukan dengan jodohnya.
Karena dengan bersyukur, Allah akan semakin banyak menambah nikmat dan karuniaNya kepada kita semua.
Aamiin ya robbal aamiin