Cerita Gita

Menulis untuk bahagia

Menu
  • Beranda
  • Parenting
  • Mom’ Management
  • Traveling
  • Marriage
  • Kegiatan Keluarga
  • Kajian Islami
  • self development
Menu

Fitrah Seksualitas, Kuliah Bunsay IIP Level 11

Posted on 7 Oktober 201923 Agustus 2020 by Gita

Cat: tulisan ini adalah resume atau aliran rasa selama mengikuti kuliah bunda sayang level 11 mengenai Fitrah Seksualitas

Assalamu’alaikum wr wb

Apa kabar readers?

Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat yaa, aamiin

Suatu malam, saat Rafdan sedang bermain bersama temannya di luar, tiba-tiba ia masuk ke dalam dan berujar seperti ini

“Ibu, bisa pake jilbab gak, aku mau main sama temenku di dalam?”

“Oke nak”

Lalu terdengar ia berkata kepada temannya di luar “bentar dulu ya”

Tak lama, ia kembali masuk dan melihat saya

“Ibu udah pake jilbab? aku panggil temenku ya,” serunya sambil memanggil temanya.

Masya Allah ada rasa haru, ternyata Rafdan sudah mulai belajar memahami batasan mengenai aurat perempuan dan adab meminta izin saat ada temannya yang ingin masuk kerumah.

Seketika saya teringat mengenai materi fitrah seksualitas bunda sayang plus PR untuk menuliskan resume materinya di blog hehe.

Pada kuliah bunda sayang level 11 lalu, kelompok kami mengambil tema pembahasan mengenai Perbedaan Gender.

Dari hasil diskusi kelompok peer grup 1, akhirnya kami menyepakati 3 hal yang akan dibahas mengenai perbedaan gender, yaitu:

  1. Perbedaan fisik
  2. Perbedaan batasan aurat
  3. Perbedaan peran dan tanggung jawab

Sebelum merinci mengenai ketiga perbedaan tersebut, kelompok kami membuka dengan pengertian gender.

Gender adalah suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara wanita dengan pria baik dari segi biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial budaya.

Secara seksual, wanita dengan pria memang berbeda, begitupula secara perilaku dan mentalitas.

Jadi, gender berbeda dengan sex atau jenis kelamin, karena ranah pembahasannya lebih luas, tidak hanya terkait dengan perbedaan jenis kelamin, wanita atau pria.

Setelah memahami mengenai pengertian gender, selanjutnya pembahasan dilanjutkan ke perbedaan gender.

A. Perbedaan Fisik

Fisik adalah poin pertama yang terlihat secara kasat mata, secara umum anak akan dapat membedakan mana laki-laki dan mana perempuan.

Menurut Ust. Harry Santosa dalam fitrah based education, sejak usia tiga tahun, sebaiknya anak mulai memahami dan bisa menyatakan siapa dirinya

Saya laki-laki

atau

Saya perempuan

Cara menjelaskan perbedaan fisik kepada anak-anak bisa dengan bahasa sederhana

Anak laki-laki berambut pendek, tidak menggunakan anting dan perhiasan, memakai celana dan bukan rok, jika shalat menggunakan sarung.

Anak perempuan berambut panjang, memakai anting atau perhiasan lain seperti kalung atau cincin, menggunakan rok atau jilbab, dan jika shalat memakai mukena.

B. Perbedaan batasan aurat

Hal yang bisa dijelaskan mengenai perbedaan batasan aurat kepada anak adalah.

Anak laki-laki auratnya mulai dari bawah pusar hingga lutut, sedangkan bagi anak perempuan, semua bagian tubuhnya adalah aurat kecuali muka dan telapak tangan. Oleh sebab itu, wajib bagi perempuan yang sudah baligh untuk menutup aurat dengan jilbab hingga menutup dada.

Sebelum baligh, anak perempuan bisa mulai dibiasakan untuk mengenakan jilbab, agar ketika sudah baligh dan berlaku wajib, anak sudah terbiasa dan tidak merasa berat untuk menutup aurat.

Ajarkan anak laki-laki untuk memahami konsep aurat perempuan, agar ia belajar menjaga saudari dan ibunya. Seperti dalam cerita pembuka Rafdan di atas yang meminta izin kepada saya saat temannya ingin masuk ke dalam rumah.

Selain batasan aurat, ajarkan anak mengenai sentuhan boleh dan terlarang, serta orang-orang yang boleh melihat.

Saya mengajarkan Rafdan seperti ini

Ini namanya aurat (sembari menunjuk pusar hingga lutut), tidak ada yang boleh melihat, apalagi memegang kecuali Rafdan.

Ibu dan ayah boleh hanya saat memandikan, setelah itu tidak boleh. Jika Rafdan masuk SD dan sudah bisa mandi serta cebok setelah poo sendiri, maka tidak ada yang boloeh melihat dan memegang kecuali Rafdan

Saya pernah membaca sebuah artikel mengenai pendidikan seks, dan sangat setuju sekali dengan pendapat tersebut

Pendidikan seks yang pertama kali harus diajarkan kepada anak adalah rasa MALU.

Saat anak memiliki perasaan malu, maka insya Allah itu akan menjaganya dari tindakan di luar norma dan etika.

Yes, absolutely agree dengan menanamkan rasa malu ke anak, sehingga seiring dengan pendidikan seksualitas adalah mengajarkan anak rasa malu dan takut kepada Allah.

C. Perbedaan peran dan tanggung jawab

Menurut Ust. Harry Santosa, cara mengajarkan perbedaan peran dan tanggung jawab antara pria dan wanita adalah merujuk kepada kedua orang tuanya.

Fitrah peran Ayah:

  1. Penanggung jawab pendidikan
  2. man of vision and mission
  3. sang ego dan individualitas
  4. pembangun sistem berpikir
  5. supplier maskulinitas
  6. penegak profesionalisme
  7. konsultan pendidikan
  8. the person of “tega”

Fitrah peran Ibu:

  1. pelaksana harian pendidikan
  2. person of love and sincerety
  3. sang harmoni dan sinergi
  4. pemilik moralitas dan nurani
  5. supplier femininitas
  6. pembangun hati dan rasa
  7. berbasis pengorbanan
  8. sang “pembasuh luka

Selain itu, Allah juga telah menjelaskan konsep peran laki-laki dan perempuan dalam Al QurĂ¡n, QS: An Nisa : 34

Lalu bagaimana membangun fitrah seksualitas anak menurut tingkatan usia?

Berikut tahapan fitrah seksualitas anak yang dirangkum dari buku Fitrah Based Education

0 -2 Tahun => anak dekat dengan ibu melalui proses menyusui.

3 – 6 tahun => anak dekat dengan kedua orangtuanya, agar memahami perbedaan gender antara laki-laki dengan perempuan

7 – 10 tahun => dekatkan anak sesuai dengan gendernya masing-masing, agar belajar memahami peran dan tanggung jawab sesuai gender.

Anak perempuan belajar bertingkah laku, berpikir, dan hal kewanitaan lainnya melalui sang ibu

Anak laki-laki belajar menjadi seorang laki-laki sejati, melalui figur seorang ayah, bertindak, berpikir, berperilaku.

Pada rentang usia ini sangat penting bagi anak untuk memahami siapa dirinya, belajar bertindak, berpikir, dan berperilaku sesuai gender dengan merujuk kepada orang tuanya. anak laki-laki refers to ayah, anak perempuan refers to ibu.

Fase ini sangat penting sebagai cikal bakal pembentukan “who am i” dan anak yakin dengan identitas gendernya “saya laki-laki atau saya perempuan”

11 -14 tahun => dekatkan anak dengan lintas gender, anak laki-laki dengan ibu, anak perempuan dengan ayah.

Rentang usia ini adalah masa pre baligh, dimana anak belajar mengenal lawan jenis. Jika anak lelaki dekat dengan sang ibu, ia akan belajar menghargai wanita, dan kelak ketika anak dewasa dan berumahtangga, ia akan menjadi suami yang baik dan penyayang istri.

Jika anak wanita dekat dengan sang ayah, maka ia tak perlu lagi mencari perhatian lawan jenis di luar, karena ada ayah yang menjadi fans sejatinya.

Diharapkan ketika orang tua telah dekat dengan anak, maka tak akan ada lagi keinginannya untuk mencari perhatian dan kasih sayang dari orang lain karena telah tercukupi di dalam rumah.

Masya Allah, materi yang luar biasa, semoga dapat dipraktekkan, dan anak kita tumbuh sesuai fitrahnya. aamin ya robbal ‘alamiin

Post Views: 506

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Viewed Posts

  • Cara Berlangganan Grabbike pada Aplikasi Grab (3,127)
  • Pensiun Bahagia (2,108)
  • Mau Dibawa Kemana Keluarga Kita? (1,988)
  • Resensi Handbook Kesehatan Anak (Batuk, Pilek, dan Penyakit Pernapasan) (1,862)
  • Hal yang Perlu Dilakukan Setelah Melunasi Pembiayaan Rumah atau KPR di Bank (1,646)

Kategori

  • Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional (20)
  • Bunda Produktif Ibu Profesional (1)
  • Daftar haji (2)
  • Finance (38)
  • Kajian Islami (7)
  • Kegiatan Keluarga (12)
  • Kuliner (4)
  • Marriage (9)
  • Mom' Management (45)
  • Parenting (13)
  • Resensi Buku (3)
  • self development (31)
  • Traveling (11)
  • Uncategorized (3)

Meta

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Instagram

© 2023 Cerita Gita | Theme by Superb WordPress Themes