Cat: tulisan ini adalah resume atau aliran rasa selama mengikuti kuliah bunda sayang level 11 mengenai Fitrah Seksualitas
Assalamu’alaikum wr wb
Apa kabar readers?
Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat yaa, aamiin
Suatu malam, saat Rafdan sedang bermain bersama temannya di luar, tiba-tiba ia masuk ke dalam dan berujar seperti ini
“Ibu, bisa pake jilbab gak, aku mau main sama temenku di dalam?”
“Oke nak”
Lalu terdengar ia berkata kepada temannya di luar “bentar dulu ya”
Tak lama, ia kembali masuk dan melihat saya
“Ibu udah pake jilbab? aku panggil temenku ya,” serunya sambil memanggil temanya.
Masya Allah ada rasa haru, ternyata Rafdan sudah mulai belajar memahami batasan mengenai aurat perempuan dan adab meminta izin saat ada temannya yang ingin masuk kerumah.
Seketika saya teringat mengenai materi fitrah seksualitas bunda sayang plus PR untuk menuliskan resume materinya di blog hehe.
Pada kuliah bunda sayang level 11 lalu, kelompok kami mengambil tema pembahasan mengenai Perbedaan Gender.
Dari hasil diskusi kelompok peer grup 1, akhirnya kami menyepakati 3 hal yang akan dibahas mengenai perbedaan gender, yaitu:
- Perbedaan fisik
- Perbedaan batasan aurat
- Perbedaan peran dan tanggung jawab
Sebelum merinci mengenai ketiga perbedaan tersebut, kelompok kami membuka dengan pengertian gender.
Gender adalah suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara wanita dengan pria baik dari segi biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial budaya.
Secara seksual, wanita dengan pria memang berbeda, begitupula secara perilaku dan mentalitas.
Jadi, gender berbeda dengan sex atau jenis kelamin, karena ranah pembahasannya lebih luas, tidak hanya terkait dengan perbedaan jenis kelamin, wanita atau pria.
Setelah memahami mengenai pengertian gender, selanjutnya pembahasan dilanjutkan ke perbedaan gender.
A. Perbedaan Fisik
Fisik adalah poin pertama yang terlihat secara kasat mata, secara umum anak akan dapat membedakan mana laki-laki dan mana perempuan.
Menurut Ust. Harry Santosa dalam fitrah based education, sejak usia tiga tahun, sebaiknya anak mulai memahami dan bisa menyatakan siapa dirinya
Saya laki-laki
atau
Saya perempuan
Cara menjelaskan perbedaan fisik kepada anak-anak bisa dengan bahasa sederhana
Anak laki-laki berambut pendek, tidak menggunakan anting dan perhiasan, memakai celana dan bukan rok, jika shalat menggunakan sarung.
Anak perempuan berambut panjang, memakai anting atau perhiasan lain seperti kalung atau cincin, menggunakan rok atau jilbab, dan jika shalat memakai mukena.
B. Perbedaan batasan aurat
Hal yang bisa dijelaskan mengenai perbedaan batasan aurat kepada anak adalah.
Anak laki-laki auratnya mulai dari bawah pusar hingga lutut, sedangkan bagi anak perempuan, semua bagian tubuhnya adalah aurat kecuali muka dan telapak tangan. Oleh sebab itu, wajib bagi perempuan yang sudah baligh untuk menutup aurat dengan jilbab hingga menutup dada.
Sebelum baligh, anak perempuan bisa mulai dibiasakan untuk mengenakan jilbab, agar ketika sudah baligh dan berlaku wajib, anak sudah terbiasa dan tidak merasa berat untuk menutup aurat.
Ajarkan anak laki-laki untuk memahami konsep aurat perempuan, agar ia belajar menjaga saudari dan ibunya. Seperti dalam cerita pembuka Rafdan di atas yang meminta izin kepada saya saat temannya ingin masuk ke dalam rumah.
Selain batasan aurat, ajarkan anak mengenai sentuhan boleh dan terlarang, serta orang-orang yang boleh melihat.
Saya mengajarkan Rafdan seperti ini
Ini namanya aurat (sembari menunjuk pusar hingga lutut), tidak ada yang boleh melihat, apalagi memegang kecuali Rafdan.
Ibu dan ayah boleh hanya saat memandikan, setelah itu tidak boleh. Jika Rafdan masuk SD dan sudah bisa mandi serta cebok setelah poo sendiri, maka tidak ada yang boloeh melihat dan memegang kecuali Rafdan
Saya pernah membaca sebuah artikel mengenai pendidikan seks, dan sangat setuju sekali dengan pendapat tersebut
Pendidikan seks yang pertama kali harus diajarkan kepada anak adalah rasa MALU.
Saat anak memiliki perasaan malu, maka insya Allah itu akan menjaganya dari tindakan di luar norma dan etika.
Yes, absolutely agree dengan menanamkan rasa malu ke anak, sehingga seiring dengan pendidikan seksualitas adalah mengajarkan anak rasa malu dan takut kepada Allah.
C. Perbedaan peran dan tanggung jawab
Menurut Ust. Harry Santosa, cara mengajarkan perbedaan peran dan tanggung jawab antara pria dan wanita adalah merujuk kepada kedua orang tuanya.
Fitrah peran Ayah:
- Penanggung jawab pendidikan
- man of vision and mission
- sang ego dan individualitas
- pembangun sistem berpikir
- supplier maskulinitas
- penegak profesionalisme
- konsultan pendidikan
- the person of “tega”
Fitrah peran Ibu:
- pelaksana harian pendidikan
- person of love and sincerety
- sang harmoni dan sinergi
- pemilik moralitas dan nurani
- supplier femininitas
- pembangun hati dan rasa
- berbasis pengorbanan
- sang “pembasuh luka
Selain itu, Allah juga telah menjelaskan konsep peran laki-laki dan perempuan dalam Al QurĂ¡n, QS: An Nisa : 34
Lalu bagaimana membangun fitrah seksualitas anak menurut tingkatan usia?
Berikut tahapan fitrah seksualitas anak yang dirangkum dari buku Fitrah Based Education
0 -2 Tahun => anak dekat dengan ibu melalui proses menyusui.
3 – 6 tahun => anak dekat dengan kedua orangtuanya, agar memahami perbedaan gender antara laki-laki dengan perempuan
7 – 10 tahun => dekatkan anak sesuai dengan gendernya masing-masing, agar belajar memahami peran dan tanggung jawab sesuai gender.
Anak perempuan belajar bertingkah laku, berpikir, dan hal kewanitaan lainnya melalui sang ibu
Anak laki-laki belajar menjadi seorang laki-laki sejati, melalui figur seorang ayah, bertindak, berpikir, berperilaku.
Pada rentang usia ini sangat penting bagi anak untuk memahami siapa dirinya, belajar bertindak, berpikir, dan berperilaku sesuai gender dengan merujuk kepada orang tuanya. anak laki-laki refers to ayah, anak perempuan refers to ibu.
Fase ini sangat penting sebagai cikal bakal pembentukan “who am i” dan anak yakin dengan identitas gendernya “saya laki-laki atau saya perempuan”
11 -14 tahun => dekatkan anak dengan lintas gender, anak laki-laki dengan ibu, anak perempuan dengan ayah.
Rentang usia ini adalah masa pre baligh, dimana anak belajar mengenal lawan jenis. Jika anak lelaki dekat dengan sang ibu, ia akan belajar menghargai wanita, dan kelak ketika anak dewasa dan berumahtangga, ia akan menjadi suami yang baik dan penyayang istri.
Jika anak wanita dekat dengan sang ayah, maka ia tak perlu lagi mencari perhatian lawan jenis di luar, karena ada ayah yang menjadi fans sejatinya.
Diharapkan ketika orang tua telah dekat dengan anak, maka tak akan ada lagi keinginannya untuk mencari perhatian dan kasih sayang dari orang lain karena telah tercukupi di dalam rumah.
Masya Allah, materi yang luar biasa, semoga dapat dipraktekkan, dan anak kita tumbuh sesuai fitrahnya. aamin ya robbal ‘alamiin