Cerita Gita

Menulis untuk bahagia

Menu
  • Beranda
  • Parenting
  • Mom’ Management
  • Traveling
  • Marriage
  • Kegiatan Keluarga
  • Kajian Islami
  • self development
Menu

Marah itu Lelah

Posted on 4 Desember 20194 Desember 2019 by Gita

Assalamu’alaikum wr wb

Apa kabar readers?

Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat yaa. Aamiin

Marah itu melelahkan

Siapa yang setuju dengan pernyataan di atas?

Apa yang emak rasakan setelah marah-marah?

Menyesal karena tanpa sadar mengeluarkan perkataan yang tak sepantasnya sehingga melukai orang lain.

Lelah karena ternyata marah itu menguras energi, capek setelah marah.

Merasa bersalah karena tidak mampu mengendalikan diri sendiri.

Atau justru lega, karena sudah mengeluarkan emosi negatif dalam diri.

Pagi ini, seperti biasa mempersiapkan anak sekolah dan pak suami pergi ke kantor. Percikan gesekan mulai menyulut emosi, dimulai dari anak yang tak kunjung bangun, meski segala bujuk rayu lembut, hingga tegas mengambil alih, hingga tak jua beranjak dari pembaringan dan justru berujar “Aku gak mau sekolah”.

Waktu mulai beranjak, beradu dengan mempersiapkan bekal dan pakaian dinas pak suami, plus bagi ibu bekerja, berkejaran dengan jadwal berangkat.

Pagi yang hectic, tak jarang menimbulkan letupan kecil emosi, hingga marah-marah merembet tak jelas.

Setelah semua berangkat, bagi ibu di rumah, mempersiapkan diri untuk melakukan kegiatan domestik lainnya, atau mengurus sang balita yang sudah mulai meminta perhatian.

Tak sadar ada emosi negatif yang belum terselesaikan, hingga pada akhirnya gesekan kecil muncul, entah dengan suami atau anak, letupan marah muncul menghiasi.

Marah itu melelahkan mak, itu yang saya rasakan. Pengennya sih bisa gak marah-marah, tapi sepertinya gak mungkin, karena kita manusia biasa yang sering khilaf dan alfa.

A. Diam

Ketika merasa kepala sudah mulai berasap, diam sejenak.

Anak tak jua mengerjakan apa yang diminta, meski dimulai dengan cara halus dan berakhir dengan nada yang mulai meninggi, maka diam sejenak.

Atur nafas, inhale exhale, ucapkan istighfar sebanyak-banyaknya

Diam mengelola emosi, mengademkan kepala yang mulai berasap, dan menjaga lisan dari perkataan yang semestinya tidak keluar.

Saat saya diam, anak biasanya justru bertanya “ibu kenapa?”, dan akhirnya tanpa perdebatan panjang, langsung melakukan apa yang diminta.

Tapi kan cara di atas hanya berlaku bagi anak yang sudah agak besar, jika menghadapi bayi & balita bagaimana dong?

Diam dan menepi sejenak, karena emosi ibu menular kepada anak, terutama jika masih menyusui. Anak dapat merasakan apa yang dirasakan ibunya.

Jika anak rewel terus menerus, diam dan menepi sejenak, berikan ruang pada diri sendiri untuk mengelola emosi negatif yang mulai terbentuk.

B. Self Release

Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk merelease emosi negatif yang timbul.

  1. Menulis misalnya, gunakan teknik free writing untuk mengungkapkan semua kesal dan marah yang terpendam melalui sebuah tulisan. Setelah emosi negatif berangsur reda, tulisan tersebut dapat dihapus.
  2. Makan, jika sedang marah yuk kita makan mak, biar hati hepi dan gembira lagi.
  3. Menunaikan hobi, seperti membaca, masak, berkebun, memelihara binatang, dan segala aktivitas yang bisa membuat emak hepi.
  4. Belanja, sebuah aktivitas menyenangkan pengusir emosi negatif. Tapi hati-hati ya mak, jangan sampai kalap dan bobol keuangan.
  5. Bersosialisasi dengan teman, berbicara, berkumpul, bertukar pikiran, serta curhat bersama denga orang yang dipercaya merupakan sebuah cara efektif untuk self release.
  6. Mengikuti Kajian Keislaman dan menuntut ilmu. Mendengarkan siraman rohani yang menyejukkan, dapat menjadi penawar emosi negatif. Sisihkan waktu seminggu sekali untuk mengikuti kajian agar hati semakin merasa dekat dengan Allah dan lebih tenang menghadapi hidup.
  7. Berdo’a, cara self release yang paling mujarab, perbanyak do’a agar dijauhkan Allah dari rasa marah dan emosi negatif, senantiasa diberi kelapangan dalam segala interaksi.

C. Minta maaf

Selain anak, faktor pencetus emosi negatif pada diri seorang ibu, biasanya adalah konflik dengan pasangan.

Pernahkan emak merasa, lagi kesel banget sama suami, Lalu bawaannya malas ngapa-ngapain, pokoknya jauh dari kata produktif.

Mengerjakan ini gak mood, main sama anak masih terbawa emosi, serba salah jadinya.

Jika terjadi konflik, siapapun memulai, maka jadilah orang pertama yang meminta maaf.

Minta maaf melegakan jiwa, meredakan emosi negatif, dan memupus ego.

Ah, tapi kan pak suami yang salah, masak saya yang harus minta maaf?

Mak, marah itu sangat melelahkan, membuat capek diri sendiri plus gak produktif juga, malas ngapa-ngapain. Daripada menunggu lama, lebih baik kita memutus rantai emosi negatif dengan meminta maaf.

Minta maaf tidak akan menurunkan gengsi, tetapi ia meruntuhkan emosi negatif yang memberi jarak antar pasangan.

Marah biasanya tak hanya timbul karena kondisi sekitar yang tak sejalan dengan diri sendiri, ataupun konflik dengan orang lain.

Banyak faktor pencetus, terutama jika sudah pada tingkatan marah-marah yang gak jelas, atau istilahnya, semua terasa salah di mata kita, seperti yang saya kutip dari artikel halosehat.com

A. Kurang Tidur dan Kelelahan

Menurut Julie de Azevedo Hanks, Ph.D, LCSW, psikolog konseling keluarga, mengatakan bahwa, salah satu penyebab seseorang mudah marah adalah karena kelelahan dan kurang tidur.

Kurang tidur menyebabkan kelelahan otak sehingga membuat sulit berkonsentrasi dan berpikir jernih. Tubuh yang lelah ditambah dengan kinerja otak yang melambat membuat seseorang menjadi rentan terhadap stress.

B. Depresi

Selain kelelahan dan kurang tidur, artikel tersebut juga menyebutkan bahwa, marah tanpa sebab dapat diakibatkan oleh depresi yang dimiliki, baik disadari atau tidak.

Selain menyebabkan rasa putus asa, depresi juga dapat menyebabkan seseorang mudah marah dan merespon sekitarnya dengan perkataan dan perilaku yang kasar dan diluar batas.

Selain depresi, gangguan kecemasan juga dapat membuat seseorang lebih mudah marah, karena rasa cemas berlebihan, memandang segala sesuatu secara negatif, membuat seseorang sulit mengatur emosi.

Depresi dan gangguan kecemasa tidak boleh disepelekan. Jika emak merasa akhir-akhir ini sering marah-marah, bahkan tanpa sebab, sangat lelah dan merasa tidak punya energi untuk beraktivitas, dan selalu merasa murung, Sudah berbagai macam teknik self healing dicoba, tetapi tak juga membuahkan hasil konsultasikan dengan ahlinya agar segera mendapat penanganan yang tepat.

C. Merasa diabaikan

Masih artikel yang sama, psikolog Rebecca Wong, LCSW, berpendapat bahwa, merasa diabaikan dan tidak dipedulikan oleh orang di sekeliling, menjadi pencetus seseorang lebih mudah marah.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang mendapat kepuasan dari berhubungan sosial dan pengakuan orang lain. Ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka bisa menimbulkan emosi negatif yang berujung pada kemarahan.

Contoh sederhana adalah, emak marah sama pak suami karena asyik pegang gawai di hari libur, padahal pesan yang ingin disampaikan adalah, ingin pak suami bisa mengajak main anak sementara emak beberes.

Padahal kalau bilang langsung mungkin pak suami lebih mengerti ya mak. Tapi namanya perempuan, kadang perasaan mendominasi.

Kok, pak suami gak sadar sih untuk mau bantuin, padahal kan aku sibuk banget.

Karena tak bisa diungkapkan secara frontal, akhirnya malah ngomel-ngomel deh, berharap pak suami sadar sendiri, bener gak nih mak? Hehe

D. Memiliki penyakit tertentu

Mak, marah tanpa sebab juga dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita, seperti auto imun, defisiensi vitamin D, hipertiroidisme, dan kolesterol tinggi.

Penyakit hipertiroidisme yang menyebabkan kelebihan hormon tiroid membuat seseorang gelisah dan sulit berkonsentrasi, yang menyebabkan suka berteriak saat berbicara, sehingga tampak seperti marah-marah, ungkap Dr Neil Gittoes, ahli endokrinologi.

Konsumsi obat statin untuk kolesterol tinggi memiliki efek samping menurunkan tingkat serotonin atau hormon yang dilepaskan otak untuk menciptakan rasa bahagia, tenang, dan puas. Kadar serotonin rendah membuat seseorang rentan emosi, bahkan memicu depresi.

Jadi, jika emak merasa lebih mudah emosi dan diiringi dengan keluhan terhadap kondisi fisik tubuh, segera konsultasikan ke dokter ya, agar segera mendapat penanganan yang tepat.

Mak, marah itu ternyata melelahkan ya, segera kenali penyebabnya, dan jika sudah dalam kondisi marah, gunakan 3 kata sakti di atas

Diam sejenak mengelola emosi, self release, dan minta maaf segera.

Post Views: 1,117

1 thought on “Marah itu Lelah”

  1. Tempatulas.web.id berkata:
    10 Desember 2019 pukul 06:49

    Iya, ya. Menulis tuh emang bisa melepas energi negatif dalam tubuh. Biar nggak memendam kelamaan

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Viewed Posts

  • Cara Berlangganan Grabbike pada Aplikasi Grab (3,127)
  • Pensiun Bahagia (2,108)
  • Mau Dibawa Kemana Keluarga Kita? (1,988)
  • Resensi Handbook Kesehatan Anak (Batuk, Pilek, dan Penyakit Pernapasan) (1,862)
  • Hal yang Perlu Dilakukan Setelah Melunasi Pembiayaan Rumah atau KPR di Bank (1,646)

Kategori

  • Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional (20)
  • Bunda Produktif Ibu Profesional (1)
  • Daftar haji (2)
  • Finance (38)
  • Kajian Islami (7)
  • Kegiatan Keluarga (12)
  • Kuliner (4)
  • Marriage (9)
  • Mom' Management (45)
  • Parenting (13)
  • Resensi Buku (3)
  • self development (31)
  • Traveling (11)
  • Uncategorized (3)

Meta

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Instagram

© 2023 Cerita Gita | Theme by Superb WordPress Themes