Cerita Gita

Menulis untuk bahagia

Menu
  • Beranda
  • Parenting
  • Mom’ Management
  • Traveling
  • Marriage
  • Kegiatan Keluarga
  • Kajian Islami
  • self development
Menu

Ketika Dana Darurat Sudah Habis

Posted on 4 Juni 20205 Juni 2020 by Gita

Assalamu’alaikum wr wb

Apa kabar readers?

Semoga selalu dalam keadaan sehat wal’afiat yaa, Aamiin.

Kemarin saya menonton live instagram Ligwina Hananto dengan artis Sophie Navita dengan tema yang sangat menarik, Ketika Dana Darurat Sudah Habis, Sekarang Harus apa?

Walaupun agak telat menyimak dan sering on off karena disambi mengerjakan hal lain, alhamdulillah cukup banyak insight yang di dapat.

Tak dapat dipungkiri, covid 19 sangat berimbas kepada ekonomi. Hilangnya mata pencaharian, bisnis seret akibat tidak adanya pemasukan membuat orang mau tidak mau harus memutar otak dan berstrategi agar dapat tetap survive.

Viral di medsos bagaimana seseorang dengan gaji Rp 80 juta yang ternyata terpukul saat pandemi karena kehilangan penghasilan. Tak kalah ramai di twitter, kasus lainnya, seorang pekerja yang harus menerima pemotongan gaji 50% hingga take home pay yang diterima berkurang menjadi Rp 10 juta. Dengan gaji baru tersebut, ternyata hanya bersisa Rp 500 ribu untuk memenuhi kebutuhan bulanan, lainnya habis oleh cicilan hutang.

Maaf ya mak, saya bukan mau julid apalagi gibah, hanya berupaya menarik pelajaran yang sangat berharga

Berkaca dari kedua kasus di atas, ternyata pengelolaan keuangan sangat penting, gaji besar ternyata tidak menjamin bisa survive selama masa pagebluk, karena potensi kehilangan sumber penghasilan secara tiba-tiba.

Di tengah pandemi seperti ini, sering sekali saran untuk memiliki dana darurat terdengar (bagi yang masih bingung mengenai dana darurat bisa baca tulisan saya di sini).

Tapi, dengan kondisi ketidakpastian dan ketidakjelasan kapan pandemi akan berakhir, mau tidak mau kita harus bersiap lebih baik lagi, karena, meskipun memiliki dana darurat untuk survive, tapi akan terkikis juga jika tidak ada penghasilan sama sekali.

Lalu, selama pandemi ini, langkah apa yang sebaiknya diambil untuk mengelola keuangan agar bisa survive?

Menurut Ligwina, ada 5 hal yang bisa kita lakukan, yaitu:

A. Memberi perhatian khusus pada sumber penghasilan

Alhamdulilah pak suami tidak berdampak, masih tetap digaji full dari kantor.

Jika tidak ada perubahan kondisi finansial, income tidak berpengaruh, tetap lancar masuk ke rekening, perbanyak bersyukur ya mak.

Tetapi jika

Mak, suamiku dirumahkan, penghasilan gak full lagi.

Atau

Mak, bisnisku udah stop, sekarang cuma ngandelin simpanan aja

Jika di antara pembaca ada yang mengalami hal kedua, semangat ya mak badai pasti berlalu.

Berat pastinya, kehilangan pendapatan utama, tapi you’re not alone mak, banyak di luaran sana mengalami hal serupa.

Pengusaha hotel dan pariwisata menjerit karena tidak ada turis.

Pemilik mal dan tenant merugi karena ditutup sementara sehingga tidak ada pemasukan.

Event organizer, wedding planner, dan bisnis pendukungnya sepi order.

Jika bisnismu sedang seret, tidak ada pemasukan karena PHK atau di rumahkan, hal yang wajib dilakukan adalah mencari peluang usaha yang relevan dengan kondisi new normal.

Saat ini, perilaku masyarakat banyak mengalami perubahan akibat pandemi dan (rencana) new normal, seperti:

a. Di rumah saja

Semenjak pandemi, aktivitas masyarakat sebagian besar berada di rumah saja.

Nah, cari peluang usaha yang bisa membuat orang tidak perlu keluar rumah, cukup kita yang mengantarkan langsung ke mereka.

Teh Wina, panggilan akrab Ligwina Hananto, bercerita, ada temannya yang membuka jastip barang dan langsung diantar ke rumahnya.

Gunakan networking, kenali kebutuhan lingkaran terdekat dan ambil peluang di sana.

b. Prioritas mencukupi kehidupan primer

Mak, pernah dengar hierarki atau teori kebutuhan Maslow?

Untuk lebih jelasnya bisa di lihat di gambar di bawah ini

Source: wikipedia

Di piramida paling bawah, basic needs manusia adalah kebutuhan fisiologis atau sandang pangan papan. Sedangkan di bagian teratas adalah aktualisasi diri.

Pada situasi normal, banyak orang bekerja untuk aktualisasi diri atau memilih pekerjaan sesuai keinginan, getting income with their pasion.

Pada situasi pandemi, hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Sekarang orang mencari uang untuk survive memenuhi basic needs.

c. Go digital

Siapa yang dulu kebayang anak TK belajar melalui platform teleconference?

Work from home dengan meremote pekerjaan. Pagi hari tetap briefing seperti biasa layaknya di kantor, tapi kali ini menggunakan fasilitas teleconference.

Yup, itulah kondisi (normal) saat ini.

Saat ini kita sedang beralih dari aktivitas offline ke online, dan hampir semua aspek dalam kehidupan bisa dilakukan secara digital.

Sakit, tinggal konsultasi secara online melalui aplikasi.

Belanja, tinggal klak klik, transfer, barang sampai depan rumah.

Lapar, cukup buka aplikasi, pesan, sudah terhidang tanpa harus repot berlama di dapur.

Pandemi ini membawa sisi lain, peralihan perilaku masyarakat menjadi serba digital.

d. Masyarakat yang peduli

Pagebluk memang membawa duka, tetapi ia melahirkan rasa empati dan peduli terhadap sesama meski di tengah segala keterbatasan.

Keempat perubahan perilaku tersebut membawa peluang dan kesempatan baru yang jika dimanfaatkan dapat menjadi sumber penghasilan.

Teh Wina menceritakan kisah temannya yang terpaksa menutup usahanya karena pendemi. Melihat peluang, ia banting setir berjualan makanan dengan sistem PO, agar tidak keluar modal di awal.

Pada awalnya kurang berhasil, karena ternyata banyak orang lebih suka masak sendiri di rumah. Tak kurang akal, akhirnya ia beralih menjual bahan makanan, dan ternyata laku.

Ada lagi cerita teman lainnya yang memiliki usaha penyewaan sound system. Karena tak ingin mem-PHK karyawannya, sang pemilik memutar otak mencari peluang lain.

Karena orang lebih suka di rumah, ia menjual sayur mayur yang dibeli di pasar, dibersihkan dan diberi packaging rapi untuk kemudian langsung di antar ke konsumen.

Pelanggan merasa terbantu karena tak perlu pergi ke pasar dan memilih aneka bahan pelengkap dapur.

B. Jangan berhutang jika tidak punya penghasilan

Hutang adalah sebuah kewajiban yang harus dilunasi, mau kita punya uang atau tidak.

Teh Wina menekankan, jika pendapatan kita menurun bahkan tidak ada sama sekali, jangan pernah berhutang, karena akan menambah masalah baru.

C. Hitung ulang pengeluaran, operasional paling basic

Selama pandemi stop dulu membeli hal yang tidak perlu-perlu banget, fokus pada basic needs.

Hitung ulang pengeluaran dan lakukan penghematan.

D. Miliki dana darurat

Penjelasan mengenai dana darurat sudah saya tulis di artikel sebelumnya, bisa di baca di sini ya mak.

E. MULAI DAGANG

Mulai sekarang cari peluang usaha yang bisa dilakukan, bahkan jika perlu tanpa modal.

Berdagang dan gunakan jaringan pertemanan yang dimiliki. Cari tahu apa yang kira-kira dibutuhkan oleh mereka dan sediakan.

Punya resep favorit dan rasanya enak, buka PO dan tawari teman-teman.

Bangun networking, teman punya usaha apa, ambil peluang menjadi reseller agar bisa berjualan tanpa modal, cukup dengan memanfaatkan media sosial untuk update status dagangan.

Punya keahlian khusus, buka kursus online. Manfaatkan platform gratisan seperti zoom atau fb dan ig live yang bisa di private khusus member, atau media apapun yang memudahkan.

Selama stay at home, semua anggota pasti lengkap berkumpul, cari peluang usaha yang dibutuhkan untuk menghilangkan kebosanan di rumah, seperti menjual aneka mainan kreatif untuk dimainkan sekeluarga.

Hobi menulis, bisa membuat buku dan mengajukan ke penerbit mayor untuk mendapat royalti. Selain itu terbuka peluang menjadi content writer pada media online.

Punya skincare dan peralatan untuk cantik lengkap, buka usaha salon online yang bisa dipanggil ke rumah.

Mulai saat ini, lirik kanan kiri emak, buat list networking, petakan kebutuhan masyarakat terdekat dan ambil peluang yang bisa dilakukan.

Tidak usah berpikir, ah udah banyak yang jualan hal serupa, apa nanti laku dagangan kita?

Mak, jualan boleh sama, tapi kan rezekinya masing-masing. Kita usaha terbaik aja dulu.

Bismillah ya mak, semoga dimudahkan jalannya.

Insya Allah setiap niat baik akan ada jalannya tersendiri. Aamiin.

Post Views: 179

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Viewed Posts

  • Resensi Handbook Kesehatan Anak (Batuk, Pilek, dan Penyakit Pernapasan) (899)
  • Keluarga Cerdas Finansial (751)
  • Mau Dibawa Kemana Keluarga Kita? (751)
  • Happy Mom, Happy Family (704)
  • Sukuk Tabungan (ST) 006 (655)

Kategori

  • Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional (20)
  • Daftar haji (2)
  • Finance (32)
  • Kajian Islami (6)
  • Kegiatan Keluarga (10)
  • Kuliner (4)
  • Marriage (9)
  • Mom' Management (43)
  • Parenting (13)
  • Resensi Buku (3)
  • self development (30)
  • Traveling (10)

Meta

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Instagram

© 2021 Cerita Gita | Theme by Superb WordPress Themes