Warna adalah rupa
Membiaskan rona, terhampar isi jiwa
Meluapkan rasa tertanam dalam dada
Sejenak terpaku menatap keindahan cipta tanpa cela
Di suatu sudut bumi, Dataran Tinggi Dieng, begitu nama yang tersemat kepadanya
Hawa terasa dingin menyeruak, saat kaki melangkah memasuki sebuah dataran tinggi yang masuk ke wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Terletak di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, menjadikan kawasan yang dikenal dengan sebutan Dataran Tinggi Dieng ini memiliki suhu dingin, berkisar antara 12 sampai 20 derajat celcius di siang hari, dan mencapai 6 hingga 10 derajat celcius di malam hari. Pada musim kemarau, yang biasanya terjadi pada Bulan Juli dan Agustus, suhu udara bisa mencapai nol derajat celcius di pagi hari, sangat dingin sekali, hingga menyebabkan munculnya embun beku yang disebut bun upas atau embun racun (Wikipedia).
Secara etimologi, nama Dieng sendiri berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi, yakni di yang berarti tempat atau gunung, dan hiyang yang berarti Dewa. Sesuai dengan arti namanya secara etimologi, Dataran Tinggi Dieng memang berada dalam kompleks pegunungan, yakni Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Terkenal dengan keindahan alam, menjadikan Dataran Tinggi Dieng menjadi salah satu objek wisata yang menarik di Provinsi Jawa Tengah, dengan hamparan pegunungan, kawah, dan danau.
Berkunjung ke Dieng, tidak akan lengkap rasanya, jika melewatkan pemandangan pancaragam rona wisata telaga di sana.
Telaga Warna, salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Wonosobo, terkenal dengan keunikan panorama pancaragam warna seperti hijau, biru, dan bahkan serupa Pelangi. Aneka jenis warna ini disebabkan oleh kandungan belerang yang tinggi, sehingga saat matahari bersinar akan memantulkan berbagai jenis warna. Selain karena kandungan sulfur, adanya habitat ganggang merah yang berada di dasar danau juga turut memberi warna tersendiri bagi keindahan telaga ini.
Selain sebagai obyek wisata, Telaga Warna juga digunakan oleh masyarakat sekitar untuk irigasi perkebunan kubis dan kentang yang di tanam oleh warga. Sebuah kearifan lokal, selain bernilai pariwisata, kekayaan alam berupa air telaga dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertanian dan perkebunan masyarakat di sekelilingnya.
Di sekitar lokasi Telaga Warna, terdapat obyek wisata gua yang juga patut di kunjungi, seperti Gua Semar, Gua Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua Jaran Resi Kendaliseto. Selain Gua, juga ada Batu Tulis Eyang Purbo Waseso.
Kita dapat menikmati keindahannya dengan berjalan kaki santai mengelilingi danau pada jalan setapak, yang jika di ikuti akan menuju jembatan yang menghubungkan dengan Telaga Pengilon yang terletak persis di sebelah Telaga Warna.
Jika Telaga Warna terkenal dengan pancaragam warna serupa Pelangi yang mempesona mata karena mempunyai kandungan belerang tinggi, Telaga Pengilon justru tidak memiliki kandungan sulfur sama sekali, sehingga warna danaunya jernih dan bening, sehingga jika kita menatap telaga, akan terpeta rona wajah dengan jelas. Telaga Pengilon berasal dari kata Pengilon, yang dalam Bahasa Jawa berarti cermin.
Cermin akan memantulkan rona wajah saat memandangnya, begitu pula saat memandang jernihnya Telaga Pengilon yang akan membuat kita seakan berkaca saat menikmati keindahan bening warnanya.
Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 12.500,- untuk Senin sampai Jum’at, dan Rp 15.000,- pada saat akhir pekan, kita sudah dapat menikmati keindahan Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Jam operasional kedua objek wisata ini di buka mulai dari pukul 08.00.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon dikelilingi oleh perbukitan, sehingga tempat terbaik untuk menikmati keindahan rona warna dan lekuk pahatan keindahan panorama di sekitarnya melalui sebuah tempat bernama Batu Pandang Ratapan Angin.
Batu Ratapan Angin, terletak di sebuah bukit yang bersebelahan dengan Telaga Warna. Berada diketinggian 2.100 meter dari permukaan laut, menjadikan Batu Pandang lebih tinggi dari telaga yang berada lebih rendah 2.000 mdpl, sehingga menjadi tempat terbaik untuk menikmati pantulan pancaragam keindahan di Telaga Warna. Pada awalnya, Batu Ratapan Angin adalah sebuah lahan perkebunan kentang. Melihat banyaknya pengunjung yang datang ke tempat ini untuk menikmati keindahan Telaga Warna, maka sang pemilik membangun lokasi wisata Batu Pandang Telaga Warna, yang kini lebih dikenal wisatawan sebagai Batu Ratapan Angin.
Pemilik obyek wisata Batu Ratapan Angin juga membangun tempat swafoto di sekitar lokasi wisata agar kita dapat mengambil momen dan gambar dengan sempurna dengan latar belakang pesona pemandangan telaga.
Dari tempat ini, tampak jelas keindahan Telaga Warna dan Telaga Pengilon yang hanya terpisahkan oleh jalan setapak yang membentang di antara keduanya, bukti pahatan tanpa cela ciptaan Sang Maha Kuasa. Perbedaan pantulan warna dari keduanya, menambah cantik panorama, berpadu harmonis dengan keindahan pegunungan berselimut awan dan pantulan sinar matahari, hijaunya pepohonan serta perkebunan di sekitar telaga.
Hari beranjak sore, perlahan kabut mulai menyelimuti kawasan ini, menambah hawa dingin menyeruak menyelimuti, sudah saatnya kembali pulang setelah puas memanjakan mata dengan pancaragam pesona telaga di Dataran Tinggi Dieng yang berpadu harmonis dengan keindahan alam di sekelilingnya.
Jejak pahatan Sang Maha Kuasa
Tersemat cantik dalam rona warna telaga
Meski bersebelahan, namun tak serupa
Indah dalam ciri khasnya yang berbeda
Referensi :
https://www.nativeindonesia.com/telaga-warna-dieng/
https://id.wikipedia.org/wiki/Dieng
https://id.wikipedia.org/wiki/Telaga_Warna_(Dieng)
https://diengplateau.com/obyek-wisata/telaga-pengilon/
https://www.instagram.com/festivaldieng/
https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/26/205600265/trending-ini-10-lokasi-wisata-di-kawasan-dataran-tinggi-dieng?page=all
https://travel.kompas.com/read/2019/08/22/080600427/mengintip-telaga-warna-dieng-yang-airnya-kerap-berubah-warna?page=all
Lampiran



